Selasa, 24 September 2013

SEJARAH POLU NIPAT (LAMAHALA)

SEJARAH POLU NIPAT

Gogenan Koda Take
Sootk Mio Murin Lali Gere Maaro Ditua
Bekat Narank Maaro Dibelolo
Maan Bolak Tubar Lali Raran Lola

Gonuan…… Lodo Mai Sebba Tanah Lile Ekang
Polu Nipat Rae Luwo Hau Mettir Maang Gelekat Nara
Hulu Marak Lali Duli, Tonga Ehing Rae Lango Uma
Baung Bicara Lau Namang Tukan Maang Petank

Gogenan Koda Hala
Sootk Keleke Kewuak Retir Rala Rarang Wahang
Koda Pukang Rae Polu Noong Nipat Mette Maang Tula Raran
Koda Tawa Weli Tubar Aengpai Maang Saga Ata Kodhak Lali Rarang

ALIH BAHASA MOTTO

Tidak ada kata yang kutinggalkan butmu
Kekuatiranku akan generasi mendatang melebih-lebihkan
Namaku diangkat setinggi-tingginya
Membuat mereka patah dipertengahan jalan

Kunasehati …….. Carilah tempat untuk mengembangkan idemu
Berbakti untuk orang banyak dengan pandai besi yang terbawa dari rahim ibumu
Contohi kepahlawananku dan lihatlah hasil perjuanganku yang kutinggalkan buatmu
Bermusyawarahlah di naming yang kutinggalkan untuk mengenangku

Tidak kutinggalkan kata buatmu
Kekuatiranku akan penyalagunaan kataku kejalan lain
Inti kataku tersirat pada pandai besi pakailah untuk menciptakan sejarahmu
Pada jiwamu akan tumbuh kata, penagkal kata orang yang merusak sejarahku.

PENULISS NASKAH / PEWARIS
SEJARAH POLU NIPAT


ABDURRAHIM DJAFAR

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah menuntun kami untuk dapat menyajikan sebuah buku, sebagai bahan sejarah Pandai Besi di Lamahala.

Buku ini kami angkat dengan Judul “PERANAN PANDAI BESI MEMPERKAYA SEJARAH LAMAHALA” yang dikaitkan dengan fakta-fakta sejarah yang ada di Lamahala Jaya.

Untuk memenuhi persyaratan buku ini, telah diperiksa oleh TEAM PENELITI PEMBUATAN SEJARAH PANDAI BESI di Lamahala Jaya, yang dibentuk pada tanggal 27 November 1987.

Team yang duduk didalam kepanitiaan ini mencakup :

1. Pemerintahan Desa Lamahala Jaya
2. Pemuka-pemuka Masyarakat dan Tua-tua adat Lamahala Jaya
3. Unsur cendikiawan dan Pemuda Lamahala Jaya
4. Kelompok Pandai Besi Kapitan Lingga Lamahala Jaya

Naskah buku ini ditulis oleh saudara Abdurrahim Djafar yang materinya diambil dari :

1. Warisan sejarah Polu Nipat bagi keluarga Atamua di Lamahala
2. Warisan sejarah pembentukan Lamahala Jaya pada abad ke 16
3. Buku sejarah nasional Indonesia dan dunia, program inti jilid 2 untuk SMA oleh Ibnoe Soewarno tentang Kesultanan Ternate Tahun 1465-1486.

Besar harapan kami buku ini dapat bermanfaat dan dapat berkembang untuk memperkaya Sejarah Nasional kita, Insya Allah.


Lamahala, 01 Januari 1988

TEAM PENELITI PEMBUAT


BUKHARI UMAR







KAMUS

1. Riang : Tempat Pemukiman Kecil
2. Bela Suku Tello : Tiga suku penguasa di Lamahala
3. Kapitan Pulo : Sepuluh aparat pelaksana pemerintahan
4. Pegawe Lema : Lima aparat pelaksana bidang agama
5. Ambon Lodo : Istilah yang diberikan kepada penduduk
yang berasal dari Maluku
6. Rette Noong Kitab Kajak : Penduduk yang berasal dari Ambon
membawa serta Al-Qur’an dan Hadist.
7. Naluk : Tumbuhan sejenis Keladi
8. Ama Pitto : Tujuh Keluarga suku Atamua yang
hijrah dari Maluku
9. Uli bliwo : Sebuah rumah Adat
10. Lodo tai sebba tanah, Lile Ekang : Mencari dan meneliti sebuah tempat
untuk dijadikan tempat pemukiman.
11. Maang Kolong Mobera Bekka Hau, Maang Bebek Mopelabor: Bila anda berkemampuan seperti seekor burung menandakan sebuah tugas berhasil diemban dan jika anda berkemampuan seperti seekor bebek menandakan sebuah tugas tidak berhasil diselesaikan.
12. Reu Mio Milo Gaku Beto: Saudara asal dari mana
13. Kame Tetti Rera Gere Hau, Lau Nuan Tawa Dai: Kami berasal dari suatu negeri pada arah timbulnya matahari terbit.
14. Lodo Dai Taan Ganti Kakang Ganti Aring: Tawaran untuk kepada ekspedisi Ambon Lodo Menjadi Saudara atau keluarga.
15. Reu Kette Koon Ribhuk Rathuk, Goonak Kumba Lolak Ata Otta Hala, Taran Keruk Ata Hollo Hala: Perjalanan kami kemari membawa kekuasaan dari negeri asal kami, kami tidak bermakdus memperkuat kekuasaan orang lain dan memperkecil arti kedatangan kami di negeri orang.
16. Lodi Dai Taan Ganti Kakang Ganti Aring, Kodhan Take, Kerin Take: Kedatanganmu kita jadikan persaudaraan/keluarga tanpa adanya perhitungan yang memperkecil kehadiranmu disini.
17. Rok : Sejenis peralatan Pandai Besi yang dijadikan satuan untuk menyebut unit pekerjaan Pandai Besi.
18. Polu Nipat : Polu = Hamar, Nipat = Penjepit Besi, Polu Nipat merupakan lambang usaha pekerjaan Pandai Besi di Lamahala Jaya yang diwariskan dari para leluhurnya.
19. Peroru : Peluru
20. Ubas : Bahan Peledak
21. Tuno Olak Baing Doi: Besi dibakar menghasilkan uang
22. Peda : Parang
23. Nuang : Tofa
24. Gala : Tombak
25. Kuat Kemuhar : Kekuatan
26. Dalam buku sejarah nasional dan dunia, Program Inti Jilid 2 untuk SMA oleh Ibnoe Soewarno halaman 24 terdapat persamaan struktur masyarakat yang deisebut dengan : Lima Persekutuan (Uli Lima) di Kerajaan Ternate, Sembilan Persekutuan (Uli Siwa) di Kerajaan Tidore. Bahasa persekutuan atau Uli ini dipakai pada keluarga Atamua di Lamahala untuk menyebut suku Atamua yang berasal dari Ambon Lodo terdiri dari Uli Pito atau Pati Pito.

PERANAN PANDAI BESI
MEMPERKAYA SEJARAH LAMAHALA

I. LETAK LAMAHALA SECARA GEOGERAFIS

Lamahala terletak pada wawasan nusantara, disebuah provinsi yang dikenal dengan nama Nusa Tenggara Timur, di Kabupaten Flores Timur atau dulu kala disebut wilayah Lamaholot, Lamahala terletak di pulau Adonara bagian selatan dan berjarak 1 km kearah barat kota Waiwerang Ibu Kota kecamatan Adonara Timur, letaknya berada dipesisir pantai sehingga Lamahala sering juga disebut dalam kata majemuknya Watan Lamahala. Selat solor memungkinkan Lamahala untuk membuka hubungan keberbagai tempat , sehingga pada abad ke 16 Lamahala telah membuka hubungan keberbagai tempat-tempat yang berada ditempat yang agak jauh.

II. PEMBENTUKAN DESA LAMAHALA JAYA

A. PEMBENTUKAN WILAYAH

Lamahala sebelum terbentuk menjadi sebuah desa terdapat 4 (emapat) Riang (pemukuman kecil) yakni:

1. Riang Lewaha dipimpin oleh Raja Pati Pelang
2. Riang Subang Ona dipimpin oleh Raja Subang Pulo
3. Riang Bunga dipimpin oleh Gehak Lakunamang
4. Riang Girek dipimpin oleh Girek

Ke empat riang pada abad ke 16 disepakati menjadi satu wilayah yakni Wilayah desa Lamahala.
B. PEMBENTUKAN RAKYAT

Di ke empat Riang pada saat desa Lamahala terbentuk telah pula dihuni oleh penduduk-penduduk pendatang yang terdiri dari 25 suku (termasuk suku-suku penghuni lama) ke 25 suku ini berada pada :

1. Riang Lewaha :
1. Suku Lewaha,
2. Suku Lamuda,
3. Suku Hering Guhir,
4. Suku Wutung,
5. Suku Lamakaluang,
6. Suku Lewonta,
7. Suku Sina,
8. Suku Gorang,
9. Suku Lambuang,
10. Suku Lamurang,
11. Suku Lembahi
12. Suku Lamalewa,
13. Suku Teniwang Ala.

2. Riang Subang Ona :
1. Suku Ata Mua,
2. Suku Ata Pukang,
3. Suku Serang,
4. Suku Selolong,
5. Suku Malakalu,
6. Suku Belang.

3. Riang Bunga :
1. Suku Bungalolong,
2. Suku Wadda,
3. Suku Wata Betta,
4. Suku Lamalakka,
5. Sukulamariang ( Bunga Lewo Lema).

4. Riang Girek :
1. Suku Girek.







C. PEMBENTUKAN STRUKTUR PEMERINTAHAN

Pemerintahan berbentuk kerajaan yang diberi nama “KERAJAAN LAMAHALA” dengan struktur pemerintahan sebagai berikut:

PENGUASA
Terdiri dari Bella Suku Tello :

1. Suku Selolong sebagai Kepala Pemerintahan
2. Suku Malakalu sebagai Kepala Perang
3. Suku Ata Pukang sebagai Kepala Adat

KABINET
Kabinet (Menteri) terdiri dari 10 Kapitan dan 5 pegawe agama.

Kapitan Pulo :

1. Kapitan Belang dipegang oleh Suku Gorang
2. Kapitan Urang dipegang oleh suku Lamurang
3. Kapitan Buang dipegang oleh Suku Lambuang
4. Kapitan Bungalolong dipegang oleh Suku Bungalolong
5. Kapitan Raja dipegang oleh Suku Belang
6. Kapitan Parak dipegang oleh Suku Parak Ona
7. Kapitan Laut dipegang oleh Suku Ata MUA
8. Kapitan Lango Biri dipegang oleh Suku Ata Pukang
9. Kapitan Namang Tukang dipegang oleh Suku Lamuda
10. Kapitan Suku Wutung dipegang oleh Suku Wutung

Pegawe Lema (Urusan keagamaan) :

1. Pegawe Imam dipegang oleh Suku Serang dan Suku Wadda
2. Pegawe Khotib dipegang oleh Suku Lamuda
3. Pegawe Kadli (Penasehat Hukum-hukum Agama) dipegang oleh Suku Ata MUA
4. Pegawe Bilal dipegang oleh Suku Wutung
5. Pegawe Pemakaman dipegang oleh keempat suku diatas.






SISTIM KOORDINASI PEMERINTAHAN

Bella Selolong Membawahi :

1. Kapitan Belang
2. Kapitan Urang
3. Kapitan Buang

Bella Malakalu Membawahi :

1. Kapitan Bunga Lolong
2. Kapitan Raja
3. Kapitan Parak

Bella Ata Pukang :

1. Kapitan Laut
2. Kapitan Lango Biri
3. Kapitang Namang Tukang
4. Kapitan Suku Wutung


MEKANISME PELAKSANAAN TUGAS

Setiap tugas dimusyawarahkan pada tingkat Kapitan kemudian diplenokan tingkat Lewo (desa), hasil keputusan pleno Lewo dilaksanakan secara terkoordinasi, seperti halnya pada kebutuhan perang dulu, Bela Selolong menurunkan Kapitan Belang, Bela Malakalu menurunkan Kapitan Bunglolong, dan Bela Ata Pukang menurunkan Kapitan Laut, kebutuhan perang ini menyangkut bidang tugas Bella Malakalu, maka koordinasi sepenuhnya dalam hal ini ditangani oleh Bella Malakalu (ini merupakan sebuah conto).

DASAR PEMIKIRAN TENTANG PENEMPATAN STRUKTUR PEMERINTAHAN

Sejarah Lamahala mencatat bahwa ke 4 suku terdahulu sepakat menyerahkan kekuasaan pada suku pendatang, maka terjadilah seleksi terhadap semua suku pendatang dengan sistim menempatkan semua sejarah suku-suku pendatang dari negeri asalnya, dan memiliki potensi apa saja yang dibawah dari negeri asalnya. Pada buku ini hanya kami angkat potensi yang dibawah oleh penduduk yang berasal dari KAMOLU dan AMBON LODO saja mengingat tujuan buku ini untuk mengetahu sejarah tentang Pandai Besi di Lamahala.

Penduduk dari KAMOLU kemudian membentuk 3 suku yang terdiri dari Suku Ata Pukang, Suku Malakalu, dan Suku Selolong, menempatkan sejarahnya bahwa mereka dari negeri asalnya memiliki potensi sebagai Penguasa. Penduduk AMBON LODO yang terdiri dari Pati Pito dan memiliki suku Ata MUA menempatkan sejarahnya bahwa mereka dinegeri asalnya sebagai penguasa dan memiliki pengetahuan-pengetahuan tentang Agama Islam, sehingga penduduk yang berasal dari KAMOLU diputuskan menjadi penguasa sedangkan bagi suku Ata MUA memiliki dua jabatan yaitu sebagai Kapitan Laut menduduki struktur Sepuluh Kapitan dan IMAM KADLI (Penasehat hokum-hukum Isslam) pada struktur Pegawe Lema.

III. SEBUAH LEGENDA TENTANG EKSPEDISI AMBON LODO

Diatas telah disinggung bahwa penduduk yang berasal dari Ambon Lodo dalam proses perpindahannya ke Lamahala dilakukan oleh keluarga Suku Ata MUA, Suku Ata MUA yang melakukan perjalanan ini bergelar RATU yang dikaitkan dengan legenda sebagai berikut :
A
lkisah: Sebuah kerajaan di negeri asal Suku Ata MUA terdapat dua orang bersaudara dan tinggal bersama dalam istana kerajaan yang sama. Mereka adalah TUAN BOLI NOTAN selaku Kakak dan RAJA BAHLONING selaku Adik, mereka berdua selain memiliki kekuasaan pada Kerajaan juga memiliki Harta yang tak terhingga nilainya, diantara semua harta yang tertumpuk terdapat sebuah harta berupa MATA KAIL yang terbuat dari emas, harta ini dipergunakan oleh RAJA BAHLONING untuk memancing dan kemudian terputus. Putusnya MATA KAIL EMAS membuat TUAN BOLI NOTAN menuntut agar RAJA BAHLONING segera mendatangkan mata kail emas ketempatnya semula tanpa menggubris semua alasan yang dikemukakan oleh RAJA BAHLONING. RAJA BAHLONING berupaya agar dalam pembagian warisan kelak biar bagiannya dikurangi karena kesalahan yang telah diperbuatnya mengakibatkan hilangnya mata kail emas, namun kesemuanya merupakan upaya sis-sia belaka.

Kekusutan pikiran Raja Bahloning dari hari kehari selama belum ada jalan untuk memperoleh Mata Kail Emas dimaksud, sampai disuatu malam Raja Bahloning bermimpi; Dalam mimipi menyebut Raja Bahloning harus kembali pada tempat semula dimana Mata Kail Emas pernah dilepaskan, ditempat itu Raja Bahloning harus menyelam kedasar laut, didasar laut kelak akan dijumpai sebuah Kerajaan yang bernama Kerajaan Lau Hari, seluruh isi Kerajaan Lau Hari sedang berkabung atas sakitnya TUAN PUTRI LAU HARI karena terkena Mata Kail Emas dikerongkongannya, segala upaya yang dilakukan untuk menyembuhkan TUAN PUTRI LAU HARI belum berhasil, maka dengan kehadiran Raja Bahloning kelak akan diminta untuk menyembuhkan Tuan Putri Lau Hari. Petunjuk mimpi pula bahwa perjalanan ke Kerajaan Lau Hari dibawah serta sebuah Mata Kail biasa dan disembunyikan sampai pada proses Mata Kail Emas dikeluarkan dari kerongkongan Putri Lau Hari, proses penyembuhan Tuan Putri Lau Hari kelak harus dilakukan dalam keadaan tertutup tanpa disaksikan oleh orang lain terkecuali Raja Bahloning dan Tuan Putri Lau Hari sendiri yang bermaksud agar disaat mengeluarkan Mata Kail Emas dari kerongkongan Tuan Putri Lau Hari tidak boleh diketahui orang lain terkecuali Raja Bahloning sendiri, sehingga pada proses penyembuhan ini Tuan Putri Lau Hari diperintahkan memejamkan mata sampai diperintahkan membukakannya kembali, dan pada saat Tuan Putri Lau Hari membukakan matanya kembali maka kepada Tuan Putri Lau Hari diperlihatkan Mata Kail Biasa yang dibawah sebagai penyebab sakitnya Tuan Putri Lau Hari.

Dalam alkisah ini menyebut Raja Bahloning segera melakukan semua yang digambarkan dalam mimpinya, dan ketika Raja Bahloning berada didasar laut dijumpainya sebuah Kerajaan dan menghampiri istananya, rasa takut akan keselamatan dirinya terbayang sehingga perjalanan menuju istana tidak dilanjutkan, dan tidak lama kemudian datang pengawal Raja Lau Hari menghampiri dirinya dan menjelaskan bahwa dirinya dipanggil oleh Raja Lau Hari. Sebuah keraguan ini diutarakan kepada pengawal Raja Lau Hari akan keselamatan dirinya untuk disampaikan kepada raja Lau Hari. Setelah Raja Lau Hari mengerti akan maksud raja Bahloning maka pengawal diperintahkan menjelaskan kepada Raja Bahloning bahwa Raja Lau Hari sedang mengalami musibah dan memohon bantuan Raja bahloning, Raja Bahloning segera mengahadap kepada Raja Lau Hari dan kepadanya diserahkan kepercayaan ubtuk menyembuhkan Tuan Putri Lau Hari, maka segala petunjuk mimpinya dijalankan dengan mulus dan terdapat suatu perkembangan baru Tuan Putri Lau Hari dijodohkan dengan Raja Bahloning sebagai ungkapan terima kasih dari Keluarga besar Raja Lau Hari. Kemudian terjadilah pernikahan Raja Bahloning dan Tuan Putri Lau Hari, setelah pesta pernikahan terjadi kemudian Raja Bahloning dan istrinya Tuan Putri Lau Hari dibawah pulang ketempat Raja Bahloning dengan membawa serta sejenis TUMBUHAN yang bernama NALUK sebangsa pohon Keladi.

Pohon Naluk dikemudian hari dikembangkan oleh Raja Bahloning dinegerinya dan tumbuh subur menjadikan dirinya sedap dipandang mata.
Mata Kail Emas yang terbawah kembali dapat mengakhiri perselisihan antara kedua kakak beradik ini, namun perselisihan kelak dibangun kembali ketika Tuan Boli Notan tanpa sadar memotong selembar daun Naluk untuk berteduh dihari hujan. Segala upaya yang dilakukan oleh Tuan Boli Notan pada prinsipnya tidak diterima oleh Raja Bahloning sehingga perselisihan ini tidak diharapkan keduanya dapat membaik kembali. Menyadari akan hal ini maka Raja Bahloning menentukan sikap untuk tidak mencapuri lagi urusan warisan yang mendatangkan petaka melainkan memilih suatu pekerjaan yang menghidupkan keluarganya melalui jerih payahnya sendiri, tekad ini diturunkan secara turun temurun kepada generasi yang diturunkan Raja Bahloning, dan justru Pandai Besi adalah profesi yang dipilih oleh raja Bahloning dan diwariskan secara turun temurun kepada generasi penerusnya.

IV. KISAH PERPINDAHAN EKSPEDISI AMBON LODO KE LAMAHALA

Perpindahan penduduk dari Maluku ke Lamahala yang dipimpin oleh dinasti yang bergelar RATU, Keluarga dinasti Ratu yang melakukan perjalanan ini terdiri dari AMA PITO (Uli Bliwo Pito) yang populernya disebut PATI PITO. Dalam susunan masyarakat ke tujuh Pati ini adalah keluarga Raja Bahloning yang memakai suku Ata MUA, di dalam Suku Ata MUA dikenal Ama Pito, dimana ke tujuh mereka adalah tingkat Bapak untuk menurunkan generasi selanjtnya sehingga pada suku Ata MUA dikenal:

1. PATI PERDAMMA
2. PATI MALESI
3. PATI MARBESI
4. PATI BENAU
5. PATI AUWANI
6. PATI PATI TALWAI
7. PATI BELLU

Ekspedisi Ambon Lodo ini dilihat dari status social dan penggunaan istilah diperkirakan berasal dari kerajaan Tidore, atau Hitu, namun oleh masyarakat setempat menyebutnya Tetti Ambon Lodo atau Tetti MUA Wanda Hau. Ekspedisi yang berangkat Ambon Lodo tidak menyembut tempat mana yang harus dituju melainkan suatu tempat tujuan yang dicita-citakan yang dikenal dengan kalimat semboyan “LODO TAI SEBBA TANAH LILE EKANG” yang bermaksud kepergian mereka hendak mencari sebuah tempat yang mampu menampung sebuah ide dan sanggup mengembangkan semua potensi yang mereka bawah dari negeri asalnya, terkisah pula bahwa sepanjang perjalanan ekspedisi ini mulai dari Kepulauan Alor, Lembata, dan Adonara di turunkan kurir-kurir untuk melakukan proses Sebba Tanah Lile Ekang. Kurir-kurir yang tidak sempat bergabung kembali dengan rombongan ekspedisi ini mendirikan suku Ata MUA dan ada pula yang menggunakan gelar RATU sehingga terdapat fakta autentik di mulai dari Alor, Lembata dan Adonara sampai pada desa Lamahala adanya Suku Ata MUA dan menggunkan Gelar Ratu seperti RATU MAKIN di tanah Boleng dan Gelar RATULOLY di Lamahala.

Penggunaan Gelar Ratu diberbagai tempat persinggahan ekspedisi ini memberikan suatu gambaran bahwa semua keturunan Raja Bahloning memakai Gelar Ratu yang dikaitkan dengan perkawinan Raja Bahloning dan Putri Lau Hari diliputi gejolak perpecahan antara Raja Bahloning dengan Kakaknya Tuan Boli Notan, sehingga keturunan Raja Bahloning diberi gelar Ratu dengan menggunkan gelar Putri Lau Hari sebagai suatu pembabakan sejarah yang memisahkan keturunan bagi bahloning tersendiri.

V. EKSPEDISI AMBON LODO MASUK LAMAHALA

Perahu yang ditumpangi ekspedisi Ambon Lodo dalam perjalanannya melepaskan jangkar di Marak Lolong karena terjadi pertukaran arus yang tidak memungkinkan perahu mereka meneruskan perjalanannya, peluang ini dipergunakan untuk menurunkan kurir, melakukan penjajakan Tanah dan membeli bekal, kurir menuju kepesisir pantai pulau Adonara, yang sebelumnya diberikan pesan “Maang Kolong Mobera Bekka Hauk, Maang Bebek Mopelebor” Kalimat perumpamaan dengan kemampuan seekor burung atau seekor bebek yang bermaksud kurir berkemampuan burung menandakan tugas yang diembankan berhasil dan segera melaporkan sedangkan dengan kemampuan seekor bebek menandakan tugas yang diemban tidak berhasil. Dalam kisah ini menyatakan bahwa dikala pergantian arus kurir yang diturunkan di Marak lolong belum juga menggabungkan diri dengan rombongan sehingga pada saat perahu meneruskan perjalanannya kurir yang turun tidak terbawa serta, kurir ini kelak dikemudian menggunakan Gelar Ratu Makin (Keturunan Ratu) dan bermukim di Tanah Boleng dan setelah diadakan pendekatan sejarah maka Gelar Ratu Makin di Tanah Boleng dan Rat Loly di Lamahala adalah satu turunan dan satu ekspedisi kedatangan mereka Ambon Lodo. Dalam kisah ini disebutkan bahwa selama berada di Marak Lolong, Keluarga Ratu berdialog dengan sesorang yang mengaku bernama Gehak Lakunamang, Gehak Laku Namang menawarkan ekspedisi ini bermukim ditempatnya dengan susunan dialognya sebagai berikut :

Gehak Laku Namang : Ooo Reu Mio Molo Gaku Beto ?
Ratu : Kame Tetti Rera Gere Hau, Lau Nuan Tawa
Dai.
Gehak Lakunamang : Mio Tetti Rera Gere Hau, Lau Nuan Tawa
Dai, Lewo Mio Naran Aku ?
Ratu : Kame Tetti MUA Hau, Lau Wanda Dai
Gehak Lakunamang : Ooo Reu Lodo Dai Taan Ganti Kakan Ganti
Arin
Ratu : Reu Kette Koon Ribhuk Rathuk, Kumba
Lollak Ata Otta Halla Taran Kesuk Ata Holo
Hala.
Bahasa percakapan diatas mengandung pengertian sebuah ajakan dari Gehak Lakunamang terhadap Ratu untuk mengakhiri ekspedisinya di tempat Gehak Lakunamang dengan pengertian mereka saling memperlakukan sebagai saudara terhadap keluarga Ratu, namun suatu kesangsian Ratu tentang status penggabungan yang memperkecil kedudukannya, sedangkan kedatangannya telah membawa suatu susunan masyarakat yang siap mengembangkan idenya, yang tidak bisa pula terhalang atas sebuah penggabungan yang tidak jelas maksudnya. Maka Ratu tidak memenuhi ajakan gehak Lakunamang ini.

Ekspedisi ini melanjutkan perjalanannya dengan menyeberangi selat Solor, perahu mereka merapat disebuah panti yang bernama Knee Belang (Knee = Pelabuhan. Belang =Besar) disana mereka bertemu dengan seseorang yang kemudian menyebut namanya RAJA SUBANGPULO.

Terjadilah sebuah dialog antara Raja Subangpulo dan Ratu yang berbunyi :

Raja Subangpulo : Reu Lodo Dai Taan Ganti Kakan Ganti Aring
Ratu : Reu Kette Koong Ribhuk Rathuk Goonak Kumba
Lolak Ata Otta Hala, Taran Keruk Ata Hollo Hala.
Raja Subangpulo : Reu Lodo Dai Taang Ganti Kakang Ganti Aring
Kodhang Take Kirin Take.

Bahasa dialog anatar Raja Subangpulo dan Ratu membuahkan suatu persetujuan
untuk mengakhiri perjalanan ekspedisi ini karena Subangpulo memperjelas tawarannya bahwa dalam jalinan persaudaraan yang ditawarkan itu tidak bermaksud untuk memperkecil arti kehadirannya sebagai Suku Pendatang dan Subangpulo sendiri sebagai Suku Asli, melainkan suatu jalinan kekeluargaan yang tidak diperhitungkan dengan apapun terkecuali suatu jalinan keluarga yang tumbuh saling harga menhargai anatara satu sama yang lain, bagaikan air membutuhkan tebing sebagai tempat tumbuhnya, dan tebing membutuhkan air sebagai pelindung keruntuhannya.

Kesepakatan ini dibarengi dengan sumpah serapah yang dilakukan dalam bentuk perjamuan, dimana makanan yang dimakan dicampyr dengan sedikit darah dari kedua belah pihak, yang bermakna bahwa tidak akan terjadi pemungkiran janji seperti yang telah diikrarkan bersama itu. Perahu yang ditumpangi ekspedisi ini dikaitkan pada Knee Belang, kemudian rombongan dimukimkan pada suatu tempat di Riang Subang yang diberi nama Lopo (Berjarak kearah selatan dari Namang Subang Onang sekitar 700 meter).

Kemudian untuk mewujudkan persaudaraan yang dijalin itu, Subangpulo meminta agar keluarga Ratu sebahagiannya tinggal bersamanya di Namang Subang Onang, maka sang Ratu menempatkan sebuah keluarga Pati yakni Pati Malesi untuk tinggal bersama Subangpulo. Jalinan keluarga ini berjalan terus sampai pada pembentukan Desa Lamahala dan sampai pada pemberian nama suku-suku antara Subangpulo dan Ratu hanya mamakai satu suku saja yakni Suku Ata MUA.

VI. PANDAI BESI PERTAMA SEKALI DIDIRIKAN

Pekerjaan pandai besi merupakan warisan yang dimiliki oleh keluarga yang diturunkan dari Raja Bahloning, hal ini dapat dilihat bahwa pada ekspedisi perjalanan Ambon Lodo yang terdiri dari Pati Pito semuanya memiliki profesi sebagai pandai besi. Pandai besi di Lamahala sendiri hanya dikembangkan oleh keluarga Pati Pito, sehingga terjadi pewarisan sejarah secara berkesinambungan anatara satu generasi ke generasi lainnya bahwa sejak kedatangan keluarga Ata MUA pertama sekali di Lamahala, Rok dibangun pada 2 tempat yakni di namang Lopo dan Namang Subang Onang, Pandai Besi yang populernya disebut Rok, karena untuk satu unit pekerjaan Pandai Besi disebut ROK (hanya menyebut Rok berarti semua peralatan pendukungnya sudah termasuk didalamnya), pemberian nama Rok ini diambil dari sejenis alat yang diberi nama Rok yakni 2 buah bambu induk yang dipakai sebagai alat yang berperan memproduksi angin yang dibutuhkan. Rok yang pada mulanya dibangun ini hanya melakukan pengadaan alat-alat pertanian dan alat-alat Rumah Tangga saja dan sistim pemasarannya menggunakan barter untuk memperoleh sejumlah makanan yang dibutuhkan.




VII. SELANGKAH LEBIH MAJU PERANAN PANDAI BESI DI ZAMAN RATULOLY

Pada abad ke 16 ekspedisi Ambon Lodo memasuki Lamahala, yang dipimpin oleh dinasti yang bergelar Ratu. Kemudian setelah dari Lamahala, salah seorang dari keluarga dinasti ini melakukan perjalanan ke Sulawesi tepatnya di pulau Buton, ditempat ini dipergunakan untuk memperdalam Ilmu Agamanya. Keberadaannya disana sedang terjadi pergolakan untuk mengusir Bangsa Penjajah, sehingga beliau melibatkan diri untuk berperang. Oleh gurunya beliau dikirim ke Lingga untuk membantu Kerajaan Lingga mengusir bangsa penjajah. Tugas yang dipercayakan kepadanya dijalankan secara baik sehingga memperoleh kemenangan di Lingga. Atas jasanya didalam membantu Kerajaan Lingga ini oleh gurunya diberi gelar KAPITAN LINGGA dan diberikan pula hadiah-hadiah lainnya yang masih tersimpan pada rumah adat sebagai fakta autentiknya. Kapitan Lingga semasa kecilnya diberi nama Loli, kemudian dipadukan gelar Ratunya ketika menjadi pemimpin sehingga nama lengkapnya Ratuloly.
Ratuloly kemudian memainkan peranan pandai besi untuk mengusir Bangsa Portugis di wilayah Lamaholot, keberadaan generasi Ratuloly bertepatan dengan kebangkitan rakyat untuk mengusir bangsa Portugis maka jelas peranan pandai besi lebih maju lagi selangkah, hampir disetiap Rok dikenakan kewajiban untuk mempersiapkan senjata perang, dimulai dari senjata parang, tombak, anak panah sampai kepada senjata api yang bahan bakunya dibawah dari Buton ( bahan baku senjata api terdiri dari peroru/peluru, ubas/bahan peledak) sedangkan rangka senjata api dirakit pada pandai besi di Lamahala. Setelah mengandalkan pandai besi ini dalam berkemampuan untuk memproduksi senjata, dating bangsa portugis mencoba menguasai Lamahala, dengan membangun tempat pemeliharaan babi berlokasi disuatu tempat oleh rakyat disebut Lawang Onang (wilayah desa Lamahala) tindakan Portugis ini dianggap sebagai suatu tindakan penghinaan terhadap Umat Islam di Lamahala, maka dibukalah suatu perlawanan yang dipimpin Ratuloly pada Tahun 1598, perlawanan ini berlanjut pada Tahun 1614, dan perlawanan terakhir pada Tahun 1622 yang mengakibatkan Portugis beranjak dari wilayah Lamaholot.
Didalam menjalankan peranannya pandai besi selain memproduksi senjata-senjata perang, memproduksi pula alat-alat pertanian, dan rumah tangga yang pemasarannya dilakukan secara barter dan dilakukan di Rok. Peranan pandai besi seperti ini berjalan lama selama pengaruh bangsa asing diwilayah Lamaholot, sehingga sesudah sejarah Ratuloly mengusir Portugis dengan kemampuan senjata yang dibuat sendiri pada pandai besi Lamahala, datang giliran Kapten Belae memukul mundur KAPAL GONTA yang bernama BENGCULEN dan FRINS HENDRICK DER ANDERLAND pada Tahun 1888, dan berjalan sampai pada Tahun 1945.
Kerajaan Demong dan Paji dihasut bangsa penjajah untuk menyerang Lamahala, pada penyerangan Demong dan Paji ini terdapat suatu peristiwa yang unik di Lamahala melakukan embargo penjualan alat-alat pertanian pada masyarakat Demong Paji berbulan-bulan, peristiwa embargo ini sempat menggoyangkan ketahanan Demong Paji yang masyarakatnya adalah masyarakat petani, sehingga banyak masyarakat Demong Paji yang menarik diri dari memusihi Lamahala.

VIII. PERANAN PANDAI BESI MENJELANG DAN SESUDAH KEMERDEKAAN

Sesuai dengan tekad Raja Bahloning untuk mewarisi pandai besi kepada turunannya sampai pada generasi mana saja, sehingga pandai besi bagi seorang keluarga Ata MUA dilambangkan bahwa setiap keluarga Ata MUA yang baru lahir ditangannya memegang Palu dan Nipat (lihat pada lambang pandai besi Lamahala) hal ini memberikan gambaran bahwa disetiap adanya keluarga Ata MUA paling minimal Rok itu selamanya ada, suatu hal yang bisa dibuktikan saat ini di Kabupaten Flores Timur semua Rok yang ditempatkan di desa mana saja dibangun oleh keluarga Ata MUA atau setidak-tidaknya mereka yang punya kaitan dengan keluarga Ata MUA yang mempunyai Rok.

Keluarga Ata MUA yang menyebarkan Rok di Kabupaten Flores Timur ini sehingga ada perkampungan di daratan Flores Timur yang bernama Lewo Rok yang dulunya sebelum dibuka perkampungan di tempat itu oleh seorang yang bernama KAMUHAR dari desa Lamahala membangun Rok di tempat itu sehingga sewaktu tempat itu berkembang menjadi sebuah perkampungan diberi nama Lewo Rok.
Sebagaiman telah disinggung diatas bahwa peranan panda besi di Lamahala ketika zaman penjajahan, berkembang pula menjadi sarana pembuatan senjata-senjata perang yang memakan waktu sekitar 400 tahun seusia bangsa asing mengembangkan penjajahan di wilayah Lamaholot, sejarah Lamahala mencatat bahwa pada Tahun 1927 ketika perjuangan politik memasuki desa Lamahala membuat Belanda manaruh kekauatan yang amat sangat, segala senjata perang yang sudah dibuat sampai kepada bahan baku pembuatan bahan senjata api dirampas dan dimusnahkan, sehingga sudah dari tahun-tahun itu pandai besi kembali berperanan menyediakan alat-alat pertanian, alat-alat rumah tangga, alat-alat perikanan dan alat-alat pertukangan, sehingga pada era kemerdekaan pandai besi Lamahala sudah leluasa mengembangkan semua alat yang sudah ada kaitannya sector usaha yang menggunakan alat-alat yang terbuat dari besi, pengembangan pesat baik kwantitas maupun kwalitas yang terpusat pada Lamahala, menyebabkan Rok yang dikembangkan pada desa-desa lain di Flores Timur sepertinya tidak bergairah, andaikan ada juga dan mempunyai gejala maju terkecuali pandai besi itu berasal dari Ata MUA sendiri, hal ini dapat diketahui karena membangun Rok itu sendiri seperti mengenal silsilah, hal ini sesuai dengan faktanya beberapa alat-alat rok sudah banyak diserahkan kepada mereka yang ada sangkut paut perkawinan (Ana Opu) ataupun pada mereka yang pernah berguru. Sistim penyerahan ini sudah pernah terjadi di zaman kemerdekaan dan tersebar di daratan Flores Timur, Lembata, Solor dan Pedalaman Adonara, akan tetapi lama kelamaan pudar dan tidak sanggup meningkatkan mutu pekerjaan, hal ini menampakan bahwa pembangunan di Flores Timur merupakan pembangunan yang terkena andilnya pandai besi dari Lamahala, baik pembangunan disektor pertanian, perkebunan, perikanan, pelayaran, pertukangan, industry dan lain-lain yang ada kaitan dengan pandai besi, bahkan sampai pada pembangunan manusia Flores Timur, karena sumber daya manusia terlalu mustahil dia berfungsi tanpa didukung dengan peralatan yang menunjang.

IX. PANDAI BESI PADA ERA PEMBANGUNAN

Perhatian Pandai Besi Lamahala hanya tertuju pada wilayah pemasaran hasil produksinya di Kabupaten Flores Timur, sehingga persediaan kwantitas dan kwalitasnya hanya milik Flores Timur untuk semua jenis peralatan yang diproduksi, makanya tuntutan pembenahan usaha menurut derap langkah pembangunan yng dicanangkan oleh pemerintah, mengalami kesulitan dalam sistim penerapannya, hal ini disebabkan pola tradisionil yang memiliki orentasi pada prinsip “TUNO OLAK BAING DOI”, orentasi yang berpegang pada setiap besi yang dapat dibakar, dapat pula menghasilkan uang, sehingga tidak ada persoalan lagi yang akan dipecahkan didalam membenahi usaha untuk diarahkan pada pola management yang baik.

Sumber daya manusia didalam menangani pandai besi di Lamahala, pada sisi prosuksi sangat potensial namun pada sisi management mengalami resesi, hal ini bertolak pula dari tidak terbiasanya pekerjaan ini terorganisir atau kelompok, lagi pula pekerjaan yang menggunkan tenaga yang berlebihan ini menyita waktu, sehingga tidak ada waktu yang tersedia untuk membukukan perkembangan usaha secara baik, maka suatu kerangka perusahaan perlu dipersiapkan dengan menggunkan sistim tenaga manager yang menjadi pemasaran yang lebih luas, pengadaan peralatan yang berfungsi mengurangi penggunaan tenaga kerja, mengelola administarsi pandai bese secara teratur, andakata pola manangement ini diterapkan maka potensi manusia panda besi Lamahala dapat berkembang menurut tuntutan era pembangunan.

Pada tanggal 18 Maret 1986 terbentuklah sebuah kelompok panda besi di Lamahala, dengan menggunakan nama kelompok yakitu “KELOMPOK PANDAI BESI KAPITAN LINGGA” yang didukung oleh 75 anggota dan 26 peralatan Rok, kemudian anggota-anggota membagi kelompok kerja menurut perimbangan persediaan Rok, menjadikannya 4 kelompok kerja, dalam seminggu ditetapkan 2 hari kerja bagi kepentingan kelompok sedangkan hari-hari lainnya merupakan usaha secara pribadi. Usaha yang dijalankan melalui Kelompok Pandai Besi Kapitan Lingga ini sampai tutup buku 31 Desember 1987 tercatat penggunaan modal usaha sebesar Rp. 2.625.000 di tambah dengan dukungan peralatan berupa 26 Rok, dan bantuan dari kantor perindustrian berupa, 1 buah drum karbit, 1 buah ban skrup, 1 buah gerinda tangan, 1 stel kikir, dan 2 buah hamar, dukungan modal dan peralatan diatas telah menghasilkan sejumlah peralatan terdiri dari :
Pacul : 720 Buah
Sisir : 598 buah
Parang : 30 buah
Linggis : 93 buah
Kapak : 10 buah
Sekop : 35 buah
Perontaok Padi : 2 buah
Landak Sawah : 5 buah
Pacul Sawah : 5 buah
Semua hasil produksi bernilai Rp. 4.132.000 dari modal usaha Rp 2.625.000.
Hasil produksi sebesar Rp. 4.132.000 baru terjual dengan harga Rp. 1. 913.000 sehingga nilai stock Rp. 2.219.000.

Selama satu tahun perjalanan usaha dengan besar produksi Rp. 4.132.000 hanya bisa terjual Rp. 1.913.000saja menggambarkan akan hambatan pemasaran. Maslah pemasaran kelompok pandai besi melalui kantor perindustrian telah dirintis tetapi belum ada perkembangan yang menggembirakan.

Tentang pengembangan mutu pekerjaan pemerintah menaruh minat yang tinggi, sehingga telah banyak kali dilakukan penyuluhan dan latihan oleh kantor perindustrian dan pemerintah daerah baik Tingkat II maupun Tingkat I, begitu pula pandai besi Kapitan Lingga telah beberapa kali mendapat kunjungan dari Bandan bantuan Luar Negeri untuk memberikan pembinaan.


X. PERANAN PANDAI BESI MEMPERKAYA SEJARAH LAMAHALA

Sederetan sejarah yang terpapar diatas menempatkan Pandai Besi merupakan tiang tonggak pembentukan sejarah Lamahala baik secara local maupun secara nasional. Secara local panda besi telah memasuki sejarah Lamaholot untuk memberikan kekuatan dan keyakinan kepada petani untuk merubah hutan menjadi lahan pertanian, dan perkebunan merubah kesemerawutan pepohonan yang menutup persada Lamaholot menjadi pohon nyiur yang setiap saat melambai memberi senyum sukses kepada warganya, kemudian datang Kabupaten Flores Timur berbangga mempunyai sarjana terbanyak di Nusa Tenggara Timur yang didukung oleh potensi hasil pertanian, perkebunan atau perikanan, dilain pihak Lamahala bagaikan lampu yang sanggup menerangi alam sekitarnya walaupun dirinya terancam hagus.

Lamahala disetiap pergantian generasi diwarisi sikap menghibur diri atas ketinggalannya didalam menyesuaikan diri dengan derap langkah kemajuan zaman, seperti halnya di tahun 1951 terjadi perebutan piala Pastor Paroki Waiwerang (Pastor Vandrelus) Lamahala menurunkan sebuah keseblasan yang diberi nama SOLOR LIMA PANTE (nama kerajaan Islam di Lamahala pada zaman penjajahan) disetiap turun main, pemain-pemain Lamahala dibekali pesan bahwa “DIKERAJAAN DEMO PAJI KEMAJUAN MEREKA ADALAH DUKUNGAN DARI LAMAHALA” berupa NUANG noon PEDA” untuk berkebun, kalimat ini merupakan MUHUK (pada keyakinan masyarakat Lamaholot Muhuk adalah mencari suatu sumber persoalan yang dominan terhadap lawan sehingga dengan kekurangan lawan itu terdapat suatu kemenangan padanya).

Lamahala membuktikan dengan MUHUK ini menyisihkan lawan-lawan tangguhnya dan memenangkan pertandingan berturut-turut selama 3X dan memboyong piala menjadi piala tetap. Kalimat MUHUk ini menggemma disetiap pergantian generasi menghujam kelubuk hati didendangkan dikala Lamahala semakin tidak diberi arti, dan diiringi dengan syair lagu KACANG AKAN LUPA KULITNYA.

Secara nasional Ratuloly dan Kapten Belae bukan datangnya dari kerisnya Imam Bonjol atau Rencong Tengku Umar, bukan pula pedangnya Diponegoro atau badiknya Hasanuddin tetapi Ratuloly dan kapten Belae datang dari PADA GALA LAMAHALA, mereka menyandang predikat PAHLAWAN NASIONAL YANG MENGUSIR BANGSA PENJAJAH.
KIANG KELAKE, ISHAK KALAKE dan KOBI KOLONG, ISMAIL KEBU, MAMANG LAPALENG dan TUA PAIN BAPANG, bukan datang dari dunia almamater kedunia politik, tetapi mereka datang dari KUAT KEMUHAR PEDA GALA ke dunia politik. Mereka menyandang predikat PERINTIS KEMERDEKAAN RI. Fakta sejarah yang terungkap di Flores Timur , dimata umum secara nasional atas perjuangan rakyat Lamahala, maka pandai besi adalah sumber kekuatan yang melahirkan kekuatan positif menumbangkan segala bentuk keterbelakangan.

Wallhualam Bisshawab.

Jakarta, 25 Oktober 2010.


KISAH PERPINDAHAN EKSPEDISI MALUKU LODO KE LAMAHALA

Islam masuk ke Maluku dibawah oleh pedagang Arab dan kemudian utusan dari Jawa membenarkan apa yang dibawah oleh pedagang Arab tersebut sehingga Raja Maluku masuk Islam. Pada akhir abad ke 15 Raja Maluku mengirim utusan-utusannya untuk menyebarkan Islam termasuk mengutus Pati Pito untuk menyebarkan Islam ke Lamahala.

Ketika Pati Pito memasuki Lamahala, Lamahala belum terbentuk seperti sekarang ini dan nama Lamahala sendiri belum ada, dilain pihak pemimpin yang ada di tempat tersebut bukan muslim sehingga sulit untuk dibangun masjid, Raja Pati pelang mengatakan bahwa agak sulit untuk dibangun masjid, penduduk asli tidak lebih dari 10 orang dan pemimpin aslinya sangat hebat namun setelah pati pito datang kemudian salah satu dari pati pito mengalahkannya yakni oleh PATI ke 3 sehingga pemimpin setempat masuk Islam.

Setelah Portugis menjajah Maluku maka orang-orang Wanda, Serang dan sengaji hijrah ke Lamahala namun mereka bukan utusan raja Maluku untuk menyebarkan Islam. Akan tetapi diantara mereka ada yang memiliki kemampuan membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar dan pengetahuan agama yang cukup sehingga.

Dalam susunan masyarakat Pati Pito tidak termasuk keluarga Raja Bahloning karena dia bukan muslim dan memiliki piaraan jin-jin yang sangat banyak, Raja Bahloning tidak termasuk dalam suku Atamua dan tidak termasuk dalam Pati Pito. Raja Bahloning datang ke Lamahala belakang setelah Pati Pito


sumber.... ...mansur ratuloly

5 komentar:

  1. Atapukan*
    itu salah tulis kah?
    saya anak paman usman atapukan di Bali ingin tahu sejarah atapukan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya pingin tau sejarah lewaha yg jelas ....
      Saya turunan dari Lewa Pati ( Pelang buyut saya dan kerajaan puhumakin lamatokan yg diganti nama dengan Sina Sao Malaka )
      Terimakasih....
      Tolong bijak

      Hapus
    2. Saya pingin tau sejarah lewaha yg jelas ....
      Saya turunan dari Lewa ( Pati Pelang buyut saya dan kerajaan puhumakin lamatokan yg diganti nama dengan Sina Sao Malaka )
      Terimakasih....
      Tolong bijak

      Hapus
  2. Alhamdulillah...dpat tau banyak pasal asal usul sejarah keluarga,sya anak keluarga ratuloly,bapak arsad ritih senang...

    BalasHapus
  3. Mohon maaf sebelumnya🙏🙏terkait ekspedisi Ambon lodo, beberapa cerita agak berbeda salah satunya di persoalan mata kail, Yang saya dengar dari kakek yakni keturunan dari tuan boli notan (si sulung) bahwa yang ditukarkan dengan mata kail yang hilang dan di temukan dalam mimpi si bungsu adalah duri pohon.

    BalasHapus